Masalah ada untuk mendewasakan kita. Masalah ada sebagai
jembatan proses yang kita lalui menuju keberhasilan. Masalah ada sebagai cara
Tuhan menguji iman kita.
Bisa berkuliah adalah salah satu mujizat buatku. Secara
manusia, sepertinya keluargaku tidak akan mampu membiayai semua dana SPP,
Bipekstur, registrasi, serta SKS setiap semesternya. Bukan karena suatu
kebetulan, disaat aku membutuhkan uang yang cukup banyak untuk berkuliah,
keadaan ekonomi keluargaku pun sedang tidak bagus. Aku sungguh-sungguh percaya ini adalah bagian dari rencana
Tuhan. Tidak ada satu teman-temanku yang mengetahui masalah ini. Mulutku selalu
terkunci rapat, seolah tidak ada beban, dan menjalankan kehidupan dengan penuh
senyuman. Namun di balik itu semua, aku adalah sosok yang tegar, atau lebih
tepatnya BERUSAHA tegar dalam menjalani hidup ini. Aku bukannya tidak mau
bercerita pada sahabat-sahabatku, tapi aku sebenarnya bingung, harus mulai
cerita dari mana? Aku juga tidak ingin mereka jadi merasa iba kepadaku. Jadi,
aku memutuskan semua perjuangan ini biar hanya keluargaku dan Tuhan yang tahu.
Lalu, kenapa akhirnya aku menuliskan semua ini di blogku
ini? Ya, sebenarnya karena aku ingin meluapkan apa yang aku rasakan selama ini
dengan menulis. Rasa-rasanya, tidak mampu aku menceritakan langsung lewat pesan
verbal alias omongan. Dan, bagi siapapun yang kenal aku dan membaca cerita ini,
aku harap pandangan kalian terhadapku tetap sama. Aku hanya ingin “berkeluh-kesah”
dan menceritakan kebaikan Tuhan di hidupku yang amat sangat kurasakan.
Aku bersyukur memiliki orang tua yang bersusah payah mencari
uang untuk biaya hidup dan uang kuliahku. Aku bersyukur memiliki saudara-saudara
yang mendukung keluarga kecilku. Memang, kondisi keuangan yang sedang tidak
stabil di keluargaku ini tidak sampai membuat kami menjadi kelaparan. Aku juga
masih bisa untuk sesekali bersenang-senang dengan teman-temanku dengan uang
jajanku yang tidak terbilang wah. Memang, berkat dari Tuhan itu pasti ada aja
jalannya. Entah tiba-tiba tokoku dapet orderan yang banyak, atau tiba-tiba
tante-tanteku memberiku uang jajan, atau masih banyak caraNya yang selalu
membuatku bedecak kagum. Aku percaya, Tuhanku Yesus Kristus tidak akan pernah
membuat anak-anakNya jatuh hingga tergeletak. Tuhan selalu mencukupkan
kebutuhan kita tepat pada waktuNya. O:)
“Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan
dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus."
(Filipi 4:19)
Aku juga sangat sedih mengingat perjuangan orang tuaku untuk
membiayai kuliahku TIDAKLAH MUDAH. Rasanya pengin ngomong ke mereka,”Udah ma,
udah pa, ga usah kuliah lagi. Mending kerja aja.” Tapi ya ibaratnya aku udah
setengah jalan untuk lulus, dan sangat sayang untuk berhenti kuliah. Apalagi
gelar S1 adalah gelar minimum untuk bisa kerja di perusahaan sekarang ini. Karena
dari awal aku menyadari pengorbanan mereka ini, aku membalasnya dengan cara
yang bisa dilakukan seorang mahasiswi, yaitu mendapatkan nilai yang membuat
mereka bangga. Aku juga bersyukur selama kuliah memang IPku sangat lebih dari
cukup untuk membuat mereka tersenyum senang, haru, campur bangga. Tapi balik
lagi, aku pantang untuk sombong , karena semua adalah karena KEBAIKAN TUHAN.
Sebagai anak satu-satunya, mama-papaku tidak pernah menuntut
apapun dari aku. Namun, aku juga sangat-sangat sadar diri dan ingin
membahagiakan mereka sepanjang hidupku. Selepas lulus S1 nanti, aku ingin
bekerja di tempat yang baik dan ingin memberikan hasilnya kepada mereka. Aku
ingin suatu saat nanti bisa membelikan apapun yang mereka mau. Sampai-sampai,
aku tidak pernah memikirkan apa yang aku mau bila nanti mendapat gaji. Aku
hanya berpikir untuk membahagiakan mama dan papa sesegera mungkin. :”)
Jika sedang merenung seperti ini, aku kembali merasakan
kebaikan Tuhan kalau anak dengan ekonomi pas-pasan seperti aku ini bisa
berkuliah. Aku sangat ingin cepat lulus. Miris sekali melihat teman-temanku
yang pindah jurusan, pindah fakultas, pindah kampus karena alasan tertentu.
Miris sekali melihat saudaraku sendiri yang orangtuanya punya uang banyak, tapi
malah berhenti kuliah di jalan. Sering aku bertanya-tanya sendiri, kenapa bisa
begini? Kenapa
aku-yang-sangat-ingin-kuliah tapi dana yang kupunya pas-pasan bahkan terkadang
kurang? Kenapa mereka-yang-punya-uang-lebih malah menyia-nyiakan kesempatan
itu? Kenapa mereka malah malas-malasan belajar dan menyepelekan kuliah?
Sempat juga terpikir, bagaimana kalau posisi aku dan mereka
dibalik? Apa yang mereka lakukan kalau jadi aku? Menyerahkah? Atau malah
hancurkah? Bagaimana kalau aku di posisi mereka? Sering aku menjawab sendiri,
kalau aku punya uang lebih banyak seperti mereka pasti aku akan berkuliah tanpa
beban. Tapi benarkah akan seperti itu? Belum tentu! Mungkin, kalau aku tidak
pernah merasakan susah seperti ini, aku juga ga jadi pribadi yang selalu
bersyukur. Mungkin, aku juga akan menganggap enteng kuliah. Aku cuma mau bilang buat temen-temen yang masih ada banyak
uang, jangan sia-siakan uangmu untuk hal yang ga berguna. Kalau kalian masih
bisa berkuliah, syukurilah hal itu, dan kuliahlah dengan bener, jangan
males-malesan. Jangan sampai kalian merasakan seperti yang aku rasakan, karena
itu sulit banget. :)
Intinya sekarang aku cuma mau bersyukur sama Tuhan atas
semuanya yang telah terjadi.
Aku bersyukur ditempatkan di tengah keluarga Kristen,
sehingga aku bisa mengerti tentang apa itu IMAN.
Aku bersyukur bisa berkuliah hingga sejauh ini.
Aku bersyukur punya orang tua yang hebat dan sangat saying padaku.
Aku bersyukur mempunyai teman-teman rohani di kampus, yang
mungkin tanpa mereka sadari sudah menopangku dengan firman dan doa yang mereka
berikan setiap hari.
Aku bersyukur punya saudara yang selalu men-support aku.
Aku bersyukur punya Tuhan yang dahsyat, yang selalu
menguatkan anakNya yang amat rentan ini setiap saat.
Aku bersyukur Tuhan mengijinkan masalah itu untuk ada di
tengah keluargaku.
Aku bersyukur masih bisa bersyukur walaupun masalah yang ada
saat ini memang belum selesai.
Aku percaya Tuhan yang akan menyelesaikannya dengan caraNya
yang ajaib.
Proses yang menyakitkan akan membawa pada suatu hasil yang
indah. I believe that.
Suatu hari nanti, aku
akan membalas semua jasa orang tua dan saudara-saudaraku ini dengan
berkat yang dari Tuhan juga. Thank GOD! ^^
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam DIA yang memberi
kekuatan kepadaku.”
(Filipi 4:13)